Saturday, November 6, 2010

Based on true story 2

Kepada anak perempuanku tersayang,
          Pertama ibu lihat dua garis di alat cek itu, reaksi pertama ibu adalah terkejut lalu tanpa ibu sadari senyum kecil di sudut bibir ibu mulai timbul, ibu sampai tidak tahu bagaimana mengungkapan rasa bahagia ibu. Ibu mengelus perut ibu perlahan dengan tidak percaya. Malamnya ibu telepon ayahmu untuk memberitahukan berita bahagia ini, namun reaksinya “apa??? Hamil?? Kamu yakin itu anak kita?? Bagaimana bisa??.......“ lalu ibu dengar suara bantingan dan telepon pun terputus.
          Keesokan harinya ibu ke rumah sakit bersalin untuk meyakinkan ibu. Dan dokter itu berkata “selamat, Anda akan menjadi seorang ibu. Umur kandungan Anda sudah 1 bulan” sambil menyerahkan secarik kertas hasil pemeriksaan. Setelah keluar dari ruangan dingin itu yang bertuliskan ruang periksa, ibu langsung menghubungi ayahmu lagi namun handphone nya tidak bisa dihubungi. Lalu Ibu berniat langsung mendatangi kampus tempat ayahmu berkuliah, namun ibu tidak berhasil menemukan ayahmu. Ibu juga telah menghubungi beberapa teman atau sahabat ayahmu namun tidak ada yang tahu keberadaannya. Ibu pikir sebaiknya ibu langsung ke kostan ayahmu. Tak ragu ibu menjegat taksi dan langsung melaju ke bilangan Radio Dalam.
          Ibu ketuk pintu coklat itu beberapa kali namun ibu tidak mendapatkan jawaban apa-apa dari balik pintu, tak lama ada ibu yang datang menghampiri ibu, umurnya sekitar 45 tahunan. Dia berkata “maaf dek, Ridwan nya udah enggak ngekost disini lagi, tadi malam-malam dia terburu-buru keluar dari kostan”. Reaksi ibu tentu terkejut dan bertanya-tanya mengapa ayahmu harus begitu terburu-buru tadi malam namun tidak memberi kabar apapun ke ibu. Ibu memutuskan pulang ke rumah, namun hati ibu gelisah, takut, dan panik.
          Tak terhitung berapa banyak ibu menghubungi ayahmu dan mendatangi kampus ayahmu namun berita terakhir yang ibu dengar adalah ayahmu telah mengundurkan diri dari kampus itu. Ibu tak tahu harus apa, ibu baru mengenal ayahmu selama 2 setengah bulan lamanya, ibu tak tahu lagi kemana ibu harus menghubungi ayahmu. Ibu juga tak berani bercerita dengan nenek kakekmu. Namun tantemu sudah tahu mengenai kehadiran kamu di perut ibu, tantemu menyarankan agar ibu segera memberitahukan kepada nenek kakekmu. Salah ibu, dulu ibu tak pernah tanya secara lengkap mengenai keluarga ayahmu, ibu hanya tau keluarga ayahmu tinggal di kalimantan.
          Perut ibu semakin membesar,wajah ibu pucat dan ibu sering muntah-muntah. Nenekmu mulai curiga dengan kondisi ibu. Akhirnya nenekmu mengajak berbicara berdua dengannya, dengan segenap kekuatan ibu, ibu menceritakan kehadiranmu. Nenekmu tentu sangat kaget bercampur kecewa karena ibu harus menanggung ini semua diumur yang begitu muda dan ibu belum sempat menyelesaikan kuliah ibu. Mungkin nenekmu lebih kecewa lagi saat tahu ayahmu bukanlah seorang pria yang bertanggung jawab. Namun dibalik itu semua nenekmu memaafkan segala perbuatan bodoh ibu dan bahagia atas kehadiranmu. Ibu tak bermaksud berkata bahwa memilikimu dalam hidup ibu adalah kebodohan.
          Beberapa hari kemudian kakekmu akhirnya mengetahui keberadaanmu, reaksinya sangat menakutkan untuk ibu walaupun ibu sudah mempersiapkan segala kemungkinan paling buruk. Kakekmu berteriak memaki ibu sangat kencang, membanting barang-barang, melampiaskan marah dan kekecewaannya. Ibu hanya bisa menangis saat itu. Berbulan-bulan kakekmu mendiamkan ibu, kakekmu seperti tidak menganggap ibu ada namun akhirnya hatinya luluh saat pertama kali mendengar tangisanmu.
          Kamu begitu kecil dan lucu di pelukan ibu. Kulitmu berwarna pink, bibirmu juga pink dan mungil dan kamu adalah bayi perempuan yang cantik. Ibu bangga memilikimu walaupun sebagian orang menatap ibu jelek karena kehadiranmu yang tidak biasa. Ibu berusaha besarkan kamu dengan sebaik-baiknya. Ibu mencari pekerjaan disela-sela perkuliahan yang tetap ibu jalani walaupun akhirnya ibu harus berhenti kuliah, ibu berbuat begini karena tidak mungkin lagi kakek dan nenekmu menanggung hidupmu, kamu adalah tanggung jawab ibu. Bagaimana pun ibu akan berikan yang terbaik untukmu.
          Pada saat kamu duduk di bangku Sekolah Dasar, kamu bertanya pada ibu “ibu, mana ayahku? Kenapa yang lain punya ayah sedangkan aku tidak punya?” ingatkah kamu bagaimana reaksi ibu saat itu?, ibu hanya dapat menangis dan tersenyum getir kepadamu terutama saat kamu menangis berlari menghampiri ibu suatu hari saat ibu menjemputmu di sekolah dan berkata “apa aku benar anak haram? Kenapa teman-teman berkata begitu kepadaku?” ibu benar-benar tak dapat menahan tangis ibu. Ibu menangis bukan karena pertanyaanmu salah namun ibu merasa bersalah kepadamu.
          Ibu berusaha membuka hati kepada pria-pria yang mencoba mendekati ibu dengan maksud agar kamu akhirnya mempunyai seorang ayah namun pria-pria itu tak dapat menerima kamu dengan baik, ibu tak mungkin menjadikan pria tak baik menjadi ayahmu. Bukannya ibu tak mau berusaha untuk menghadirkan sosok seorang ayah kedalam hidupmu, tapi ibu hanya ingin yang terbaik untukmu.
          Tak terasa waktu sangat cepat berjalan, kamu pun beranjak dewasa, kamu tampak tinggi dan langsing, kulitmu kuning langsat dan halus, kamu adalah perempuan tercantik yang pernah ibu lihat, ibu berbicara seperti itu bukan karena ibu adalah ibumu,tapi kenyataannya banyak laki-laki yang tak segan-segan mendekatimu untuk mendapatkan hatimu. Mungkin karena kamu pintar dan berbakat maka laki-laki itu tidak pernah putus asa untuk mendekatimu, namun entah mengapa kamu tak pernah memberi kesempatan kepada mereka untuk mengenalmu lebih lanjut.
          Tak lama bagi ibu untuk tahu alasan kamu mengapa tak mau membuka hatimu untuk para laki-laki itu, karena kamu tidak ingin seperti ibu. Ibu juga tak mau kamu seperti ibu, namun ibu juga tak mengharapkan kamu merasakan trauma terhadap laki-laki seperti itu. Tidak semua laki-laki seperti ayahmu.
          Kamu tumbuh terus hingga tak sadar ibu bahwa kamu telah lulus SMA, kamu membuat ibu bangga, melihat perjuangan kamu yang sekuat itu untuk sukses ibu pun tak kenal lelah untuk terus banting tulang mencari nafkah. Ibu mau kamu bisa melanjutkan pendidikan kamu ke dunia perkuliahan, namun kamu bersikeras mau bekerja saja. Ibu tak kuasa untuk menolak keinginanmu walaupun ibu mau kamu bisa mendapatkan gelar sarjana karena itu mimpi ibu yang tidak kesampaian.
          Saat ibu tahu bahwa kamu menjadi seorang pelayan di sebuah club malam, ibu sedikit khawatir dan tidak setuju, karena lingkungan yang kurang baik namun keras kepala kamu tidak bisa ibu kalahkan, ibu pun tak mau kehilangan kamu maka ibu tak mau mengekang kamu. Setiap malam ibu hanya dapat memohon kepada Tuhan agar kamu selalu dilindungi oleh Tuhan. Ibu berharap kamu tidak lama bekerja di tempat seperti itu.
          “Ibu, kami akan menikah, aku sudah mengandung anaknya” kata-kata itu benar-benar menusuk ibu, bukan karena keinginanmu untuk menikah tapi kenyataan yang mengatakan bahwa kamu juga mengalami hal yang hampir sama dengan ibu,yaitu hamil sebelum menikah. Namun ibu pikir kamu lebih beruntung, kamu mendapatkan pria bertanggung jawab yang mau mengakui anaknya dan menikahi kamu. Sekali lagi ibu tak berani mengekang kamu, ibu restui keinginan kamu.
          Akhirnya kamu menikahi Fahmi Setiawan, pria yang jauh lebih tua dari kamu pemilik club malam tersebut. Kamu cantik sekali memakai kebaya putih dan kain coklat batik anggun dan pernikahan kamu cukup meriah. Ibu bahagia untukmu nak. Namun dibalik itu semua akhirnya ibu sadar bahwa pernikahan itu akan membuat kita berpisah, kamu akan tinggal bersama suamimu, tapi ibu percaya bahwa kamu takkan melupakan ibu.
          Setiap malam kamu menelepon ibu, menceritakan segala hal yang kamu alami malam itu. Kamu ceritakan semua rasa bahagia dan keluh kesahmu. Terkadang ibu akui, saat menerima teleponmu tidak jarang ibu baru pulang dari kerja dan ibu sangat lelah namun mendengar suaramu seakan semua lelah ibu menghilang.
Suatu hari kamu datang membawa anakmu, dan dia adalah anak laki-laki yang tampan dan lucu, ibu sangat bahagia bisa menggendong dan bermain bersama cucu pertama ibu, ibu berharap dalam hati bahwa suatu hari jika dia telah dewasa dia bisa menjadi pria yang baik,bertanggung jawab, kuat, pintar dan sukses serta yang penting dapat membahagiakan dan membanggakan orang tuanya. Kamu memang bilang tidak bisa terlalu sering menjenguk ibu, karena rumahmu jauh dari rumah ibu, saat itu ibu tak jadikan itu masalah yang penting ibu selalu bisa mendengar suaramu dan mendengar kabar darimu.
Waktu itu sudah kira-kira 3 tahun setelah kedatanganmu ke rumah ibu, sudah tak tahu berapa kali ibu coba menghubungi dan mengirimi surat atau email bahkan sudah 3 kali ibu coba kerumahmu dan ke kantor suamimu tapi ibu tidak mendapatkan apa-apa. Ibu hanya dengar kamu pindah rumah dan suamimu tidak bekerja di kantor yang dulu. “Kamu kemana nak?” itu yang selalu ada dibenak ibu, mungkin hampir setiap hari ibu menangis saat berdoa untukmu, ibu hanya ingin mendengar suaramu, ibu berharap kamu tidak apa-apa.
Suatu pagi, ibu didatangi seorang pria yang mengaku tahu kamu pindah kemana, ternyata kamu sekarang ada di Bali dan pria itu sangat baik mau mengantar ibu untuk mengunjungimu. Jujur saja ibu sangat bahagia sampai-sampai ibu gugup sekali untuk bertemu kamu, ibu sudah bawakan kue buatan ibu yang kamu suka dulu, ibu belikan juga sedikit hadiah untuk cucu ibu, ibu berharap dia suka.
          Sesampainya ibu didepan rumahmu, ibu sangat bahagia sekali melihat rumahmu yang begitu megah dan cantik, ibu bisa lihat halaman yang luas dan pintu gerbang yang besar. Dan betapa bersyukurnya ibu saat tahu kamu sedang dirumah. Kamu keluar namun “maaf saya sudah tidak mau bertemu dengan Anda lagi, saya bukan anak haram Anda lagi, tolong Anda pergi dari sini” kata-katamu begitu tegas dan tatapan matamu begitu tajam menatap ibu, bahkan disampingmu ada 2 anak yang ibu sadari ternyata ibu sekarang sudah mempunyai 2 orang cucu. Ibu tak sanggup mengatakan sepatah kata pun sampai akhirnya satpam membawa ibu keluar bahkan oleh-oleh yang ibu bawakan untukmu dan cucu ibu itu tak sempat ibu berikan. Ibu sempat terdiam, berusaha mencerna kata-kata yang barusan keluar dari mulutmu, kata-kata itu seakan menampar ibu secara bergantian, ibu berharap itu hanya mimpi buruk yang akan hilang jika ibu membuka mata namun ternyata tidak.
          “Maaf bu jika saya harus mengatakan ini, ibu mengidap penyakit Kanker Sumsum Tulang belakang stadium 4” kata seorang dokter. Seperti yang kamu tahu, ibu jarang sekali sakit, makanya tante mu panik sekali saat mendapati ibu tergeletak tak sadarkan diri di ruang tamu, tante mu membawa ibu ke rumah sakit dan setelah beberapa hari ibu dirawat dokter baru memberitahukan itu. Dokter menyarankan ibu untuk dirawat intensif di rumah sakit supaya penyakit ibu tidak semakin parah namun ibu tidak suka suasana rumah sakit dan tidak mempunyai biaya yang cukup maka ibu menolak untuk dirawat di rumah sakit.
          Sekarang sudah hampir 1 tahun ibu bertahan hidup memerangi penyakit yang bersarang di tubuh ibu, ibu pikir ibu sudah terlalu banyak menyusahkan tantemu dan keluarganya, tante mu harus setiap hari ke rumah demi merawat ibu, anak-anaknya jadi tidak terurus dengan baik.
          Anakku, saat ibu ke rumahmu waktu itu ada 3 hal yang sebenarnya ingin ibu sampaikan yaitu yang pertama bahwa nenek kakekmu sudah meninggal karena sakit, mereka sangat merindukan kamu, ibu sudah berusaha keras mencarimu untuk bertemu mereka sebelum mereka menghembuskan nafas terakhir namun ibu tidak berhasil. Kedua ibu sudah dipecat oleh kantor tempat ibu bekerja karena menurut mereka ibu sudah tidak cekatan lagi untuk bekerja, ketiga ibu sangat amat merindukanmu, ingin sekali ibu memelukmu.
          Jika surat ini sudah sampai ke tanganmu berarti tantemu sudah melaksanakan perintah terakhir ibu dan kamu sudah tahu bahwa Tuhan sudah memanggil ibu, ibu memutuskan untuk menyerah melawan penyakit ini, tapi ibu tak pernah menyerah untuk menyayangi kamu, ibu tak pernah berhenti sedetik pun untuk mencintai kamu. Mempunyaimu dalam hidup ibu adalah anugerah terbesar dalam hidup ibu, ibu tak pernah berfikir untuk tidak menginginkanmu dalam hidup ibu sejak pertama kali ibu tahu kamu ada di dalam perut ibu, bisa saja ibu membuangmu saat itu namun ibu terlalu menyayangimu hingga ibu tak sanggup untuk melakukannya.
          Jika ibu ditanya apa keinginan terakhir ibu, ibu hanya ingin melihatmu duduk disamping ibu, memegang erat tangan ibu namun biarkan keinginan itu hanya ibu yang simpan dalam hati, ibu tak mau mengganggu mu lagi, mungkin ini semua benar kesalahan ibu dari awal, maafkan ibu nak. Ibu tak sedikitpun marah atas perlakuanmu waktu itu, walaupun rasanya seperti petir yang menyambar ibu di siang bolong.
          Semoga kamu bahagia selamanya, ibu yakin kamu akan menjadi seorang istri dan ibu yang baik. Salam untuk kedua cucu ibu yang sangat lucu-lucu itu, ibu harap mereka tumbuh seperti yang kamu inginkan. Satu hal yang tak pernah ibu sesali, yaitu mencintai dan menyayangimu.

Salam sayang
Ibu

written by rsm

No comments:

Post a Comment